SELASA, 02 Januari
2015 | 23:30 WIB
MEA, Vietnam Pesaing Berat di Industri Farmasi
Pekerja melakukan pengepakan obat oralit di pabrik PT Indofarma
(persero) Cibitung, Bekasi, Selasa (10/04). PT Indofarma akan melakukan
investasi sebesar Rp 100 milliar untuk mengembangkan produksi generik dan
herbal dan memenuhi kebutuhan bahan baku yang saat ini 90% masih Impor.
TEMPO/Dasril Roszandi
Berita Terkait
Foto Terkait
Topik
TEMPO.CO, Jakarta - PT Indofarma Tbk (INAF) mengaku percaya diri menghadapi
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang berlaku tahun depan. Alasannya, di tingkat
regional Asia Tenggara, jumlah produk farmasi Indonesia tergolong yang paling
besar.
Direktur Utama Indofarma Arif Budiman mengatakan salah satu negara ASEAN yang dianggap sebagai pesaing berat perusahaan adalah Vietnam. “Sebab di Vietnam harga obatnya cukup kompetitif,” kata Arif saat melakukan paparan publik di Bursa Efek Jakarta, Selasa, 2 Desember 2014.
Walaupun begitu, dia yakin dari sisi kualitas, produk Indonesia lebih baik. Menurut Arif, ketentuan Good Manufacturing Produk (GMP) yang disyaratkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan di Indonesia sudah memenuhi standar internasional.
Adapun badan pengawas serupa di Vietnam masih menggunakan standar lokal. Dia justru lebih khawatir terhadap produk farmasi asal Cina dan India. Sebab kedua negara tersebut memiliki bahan baku sendiri dan tidak perlu impor. (Baca juga: Karyawati Rumah Sakit di Bangkok Dilarang Hamil)
Arif mengatakan saat ini Indofarma sudah melakukan ekspor ke beberapa negara seperti Afganistan, Irak, dan Nigeria. Namun nilai ekspornya hanya lima persen dari jumlah keseluruhan produk. Untuk memperbesar kapasitas ekspornya, perseroan berencana bekerja sama dengan PT Kimia Farma Tbk.
Apalagi saat ini Kimia Farma merupakan salah satu penyedia utama produk farmasi di Timor Timur. “Mulai tahun depan kami juga minta agar produk kami juga dibawa ke Timor Timur,” kata dia. (Lihat juga: Beredar, Obat dan Kosmetik Ilegal Senilai Rp 31 M)
Ekspansi produk, kata Arif, juga dilakukan dengan menggandeng salah satu produsen makanan sehat asal Kanada. “Bentuk produknya seperti makanan sehat dan susu untuk penderita diabetes,” katanya.
Bahkan perusahaan asal Kanada tersebut sudah mengajukan sertifikasi halal. Menurut Arif, pada tahun pertama, Indofarma hanya melakukan pengemasan dan penjualan. Dua atau tiga tahun setelah itu, perseroan berencana memusatkan produksinya di dalam negeri. "Kontribusinya sekitar Rp 20 miliar setahun."
FAIZ NASHRILLAH
Direktur Utama Indofarma Arif Budiman mengatakan salah satu negara ASEAN yang dianggap sebagai pesaing berat perusahaan adalah Vietnam. “Sebab di Vietnam harga obatnya cukup kompetitif,” kata Arif saat melakukan paparan publik di Bursa Efek Jakarta, Selasa, 2 Desember 2014.
Walaupun begitu, dia yakin dari sisi kualitas, produk Indonesia lebih baik. Menurut Arif, ketentuan Good Manufacturing Produk (GMP) yang disyaratkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan di Indonesia sudah memenuhi standar internasional.
Adapun badan pengawas serupa di Vietnam masih menggunakan standar lokal. Dia justru lebih khawatir terhadap produk farmasi asal Cina dan India. Sebab kedua negara tersebut memiliki bahan baku sendiri dan tidak perlu impor. (Baca juga: Karyawati Rumah Sakit di Bangkok Dilarang Hamil)
Arif mengatakan saat ini Indofarma sudah melakukan ekspor ke beberapa negara seperti Afganistan, Irak, dan Nigeria. Namun nilai ekspornya hanya lima persen dari jumlah keseluruhan produk. Untuk memperbesar kapasitas ekspornya, perseroan berencana bekerja sama dengan PT Kimia Farma Tbk.
Apalagi saat ini Kimia Farma merupakan salah satu penyedia utama produk farmasi di Timor Timur. “Mulai tahun depan kami juga minta agar produk kami juga dibawa ke Timor Timur,” kata dia. (Lihat juga: Beredar, Obat dan Kosmetik Ilegal Senilai Rp 31 M)
Ekspansi produk, kata Arif, juga dilakukan dengan menggandeng salah satu produsen makanan sehat asal Kanada. “Bentuk produknya seperti makanan sehat dan susu untuk penderita diabetes,” katanya.
Bahkan perusahaan asal Kanada tersebut sudah mengajukan sertifikasi halal. Menurut Arif, pada tahun pertama, Indofarma hanya melakukan pengemasan dan penjualan. Dua atau tiga tahun setelah itu, perseroan berencana memusatkan produksinya di dalam negeri. "Kontribusinya sekitar Rp 20 miliar setahun."
FAIZ NASHRILLAH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar