Selasa, 24 Desember 2013

Pengalaman Saya Dalam Bersosialisasi

Pengalaman saya bersosialisasi adalah waktu saya masuk di SMKN 1 waktu itu saya kelas 1 saya masuk menjadi anggota OSIS dan saya menjabat menjadi anggota OSIS di SMKN 1 CIKARANG UTARA di bagian sekretariat bidang IV yaitu kegiatan saya adalah hubungan antara osis dan siswa di situ saya harus berhubungan baik dengan siswa SMKN1 CIKARANG UTARA  dan saya merasa senang karena saya bisa mengenal seluruh anggota osis. dan segala aktivitas selalu saya ikuti karena memang itu adalah tugas saya sebagai anggota osis.
Waktu itu ada acara MOS (Masa Orientasi Siswa), MOS dilaksanakan di Karawang dan semua anggota osis di harap ikut semua dan termasuk saya dan di situ saya harus menjaga semua siswa SMKN 1 CIKARANG UTARA saya berangkat dari sekolah jam 08.00 pagi- sampai jam 17.00.
Kegiatan yang dilakukan pada saat MOS adalah membina adik kelas untuk menjadi pemberani dan bertanggung jawab serta disiplin. Dan semua berjalan dengan baik walau itu sangat melelahkan tapi saya cukup senang saya menjabat menjadi anggota osis sampai kelas XI. Selama saya menjadi anggota osis saya banyak mengalami suka dan duka. Sukanya saya bisa berkumpul dan bekerja bersama dengan teman-teman saya dan saya dapat bertukar pikiran satu sama lain dan dukanya saya selain mengerjakan tugas-tugas di sekolah saya juga harus mengerjakan tugas-tugas osis.
Semenjak kelas XII saya sudah tidak menjadi anggota osis lagi dan di lanjutkan dengan adik kelas saya dan saya tetap bersosialisasi dengan semua orang hingga sekarang karena kita hidup harus bersosialisasi dengan semua manusia. Manfaat yang saya bisa peroleh adalah saya bisa mengenal semua anggota OSIS dan angkatannya. Selama saya menjadi anggota osis saya belajar menjadi orang yang bertanggung jawab dan disiplin dalam apapun yang saya lakukan. 
Saat ini saya melanjutkan studi di Universitas Gunadarma yang merupakan salah satu universitas terbaik dibidang teknologi, selain memiliki Student site yang terintegrasi dengan sistem akademis juga memiliki fasilitas studi yang lengkap.
 

Sabtu, 14 Desember 2013



PENYEBAB TERJADINYA TAWURAN ANTAR PELAJAR DI MASYARAKAT
Tawuran antar pelajar selalu menjadi agenda perbincangan setiap tahunnya, masalah ini bukan perkara baru, dan jangan dianggap perkara yang remeh. Padahal kalau kita kaji masalah tawuran antar pelajar akan membawa dampak panjang, bukan hanya bagi pelajar yang terlibat, namun juga untuk keluarga, sekolah serta lingkungan masyarakat di sekitarnya.
Tawuran antara pelajar saat ini sudah menjadi masalah yang sangat mengganggu ketertiban dan keamanan lingkungan di sekitarnya. Saat ini, tawuran antar pelajar sekolah tidak hanya terjadi di lingkungan atau sekitar sekolah saja, namun terjadi di jalan-jalan umum, tak jarang terjadi pengrusakan fasilitas publik. Penyimpangan pelajar ini menyebabkan pihak sekolah, guru dan masyarakat yang melihat pasti dibuat bingung dan takut bagaimana untuk mererainya, sampai akhirnya melibatkan pihak kepolisian. 
Hal ini tampak beralasan karena senjata yang biasa dibawa oleh pelajar-pelajar yang dipakai pada saat tawuran bukan senjata biasa. Bukan lagi mengandalkan keterampilan tangan, tinju satu lawan satu. Sekarang, tawuran sudah menggunakan alat bantu, seperti benda yang ada di sekeliling (batu dan kayu) mereka juga memakai senjata tajam layaknya film action di layar lebar dengan senjata yang bisa merenggut nyawa seseorang. Contohnya, samurai, besi bergerigi yang sengaja dipasang di sabuk, pisau, besi.
Penyimpangan seperti tawuran antar pelajar, menjadi kerusuhan yang dapat menghilangkan nyawa seseorang tidak bisa disebut sebagai kenakalan remaja, namun sudah menjadi tindakan kriminal. Yang menjadi pertanyaan, adalah bagaimana bisa seorang pelajar tega melakukan tindakan yang ekstrem sampai menyebabkan hilangnya nyawa pelajar lain hanya karena masalah-masalah kecil? 
Tawuran antar pelajar bisa terjadi antar pelajar sesama satu sekolah, ini biasanya dipicu permasalahan kelompok, cenderung akibat pola berkelompok yang menyebabkan pengkelompokkan berdasarkan hal-hal tertentu. Misalnya, kelompok anak-anak nakal, kelompok kutu buku, kelompok anak-anak kantin, pengkelompokan tersebut lebih akrab dengan sebutan Gank. Namun, ada juga tawuran antar pelajar yang terjadi antara dua kelompok beda sekolah.
Contoh kasus dalam tawuran antar pelajar dapat disebabkan oleh banyak faktor, beberapa contoh di antaranya, yaitu:
·         Tawuran antar pelajar bisa terjadi karena ketersinggungan salah satu kawan, yang di tanggapi dengan rasa setiakawan yang berlebihan.
·         Permasalahan yang sudah mengakar dalam artian ada sejarah yang menyebabkan pelajar-pelajar dua sekolah saling bermusuhan.
·         Jiwa premanisme yang tumbuh dalam jiwa pelajar.
Untuk mengkaji lebih jauh permasalahan tawuran antar pelajar, kita bisa mengkaji terlebih dahulu mengenai penyebab tawuran antar pelajar dari tiga poin diatas.
Tawuran Antar Pelajar Akibat Rasa Setia Kawan yang Berlebihan
Rasa setia kawan atau lebih dikenal dengan sebutan rasa solidartas adalah hal yang lumrah atau biasa kita temukan dalam kehidupan, misalkan dalam persahabatan rasa setiakawan akan menjadi alasan mengapa persahabatan bisa menjadi kuat. Ia bisa menjadi indah ketika ditempatkan dalam porsi yang pas dan seimbang.
Namun, rasa setia kawan yang berlebihan akan menyebabkan hal yang buruk, salah satunya adalah mengakibatkan tawuran antar pelajar. Mungkin dari kita pernah mendengar tawuran antar pelajar yang dipicu karena ketersingguhan seorang siswa yang tersenggol oleh pelajar sekolah lain saat berpapasan di terminal, atau masalah kompleks lainnya. Misalkan, permasalahan pribadi, rebutan perempuan, dipalak dan lain sebagainya.
Pemahaman arti sebuah persahabatan memang perlu dipahami oleh masing-masing individu pelajar itu sendiri. Tawuran antar pelajar yang diakibatkan karena rasa setiakawan harus segera dihentikan, karena hal ini akan memicu kawan-kawan yang lain untuk mendapatkan hak atau perlakuan yang sama pada waktu mengalami masalah.
Ini dapat menjadikan pelajar malas dalam menyelesaikan masalah dirinya sendiri, tanpa mau menyelesaikannya sendiri dan cenderung tidak berani bertanggung jawab. Menjadi ketergantungan dan akan menimbulkan dampak yang negatif bagi perkawanan itu sendiri.
Tawuran antar pelajar akibat sejarah permusuhan dengan sekolah lainKadang permasalahan tawuran antar pelajar dipicu pula dengan adanya sejarah permusuhan yang sudah ada dari generasi sebelumnya dengan sekolah lain, beredarnya cerita-cerita yang menyesatkan, bahkan memunculkan mitos berlebihan membuat generasi berikutnya, terpicu melakukan hal yang sama. 
Contohnya, sebut saja sekolah A dengan sekolah B adalah musuh abadi, dimana masing-masing sekolah akan melakukan hal yang antipati terhadap sekolah lain. Biasanya, akan ada pelajar yang menjadi perbincangan, semacam tokoh bagi sekolahnya, karena kehebatannya pada waktu berkelahi
Dalam permasalahan tawuran antar pelajar yang dipicu karena permasalahan ini, perlu adanya pendekatan khusus, yang memasukkan program kerja sama dengan sekolah tersebut. Peranan sekolah dan guru memegang peranan penting.
Ironisnya, sebuah pertandingan persahabatan. Misalnya, olahraga. Kadang memicu sebuah permusuhan dan perkelahian. Hal ini akhirnya menuntut kecerdasan dan ketelitian pihak penyelenggara dalam mengemas sebuah acara.
Tawuran Antar Pelajar Akibat Jiwa Premanisme
Premanisme bukan istilah yang asing lagi. Premanisme yang berasal dari kata “preman” adalah sebutan orang yang cenderung memakai kekerasan fisik dalam menyelesaikan permasalahannya. Kemenangan di ukur karena kekuatan fisiknya bukan intelektualitas. Premanisme bertolak belakang dengan jiwa seorang pelajar, yang dituntut kecerdasan berpikir, kecerdasan mengelola emosi, dll. 
Jiwa premanisme dalam jiwa pelajar dapat dihilangkan karena dia tidak semerta merta muncul begitu saja, ia disebabkan oleh sesuatu hal. Oleh karenanya, kita perlu mengetahui faktor penyebab sikap premanisme dalam diri pelajar. Faktor di luar diri pelajar adalah faktor yang kental dapat mempengaruhi ke dalam. Beberapa contohnya adalah:
·         Tayangan-tayangan di televisi, baik film ataupun liputan berita yang menceritakan atau sengaja mengekspose tema-tema kekerasan dapat mempengaruhi psikis remaja.
·         Kekerasan yang terjadi di rumah. Kekerasan yang dimaksud bukan hanya individu pelajar saja yang menjadi korban kekerasan namun kekerasan yang terjadi pada satu anggota keluarganya, dapat mempengaruhi psikis individu. Hal ini yang akan menyebabkan trauma atau kekerasan beruntun yang diakibatkan karena menganggap kekerasan adalah hal yang wajar.
·         Acara awal tahun, orientasi sekolah adalah acara di mana pelajar baru diwajibkan mengikuti kegiatan ini. Kegiatan yang pada dasarnya adalah untuk memahami dan mengenali sekolah, kegiatan serta untuk lebih kenal kawan-kawannya malah cenderung disalah gunakan oleh senior untuk ajang balas dendam dari apa yang pernah ia terima pada waktu yang sama menjadi junior, pola-pola yang dipakai cenderung dengan pola militer. Hal inilah yang menyebabkan kekerasan dalam dunia pendidikan. Pola yang menjadi semacam suntikan yang terus diturunkan oleh setiap generasi. Agar terhindar dari pola yang berlebihan, diperlukan adanya pengawasan dari pihak sekolah dan turunnya langsung pengajar dalam kegiatan ini. Kedisiplinan berbeda dengan kekerasan, hal ini seharusnya menjadi tantangan setiap panitia kegiatan dalam mengemas ide, gagasan acara pada waktu perkenalan sekolah, menjadi sesuatu yang inofatif, kreatif sehingga diharapkan lambat laun sikap premanisme akibat perpeloncoan akan menjadi cara kuno dan tidak menarik lagi.
Dari ketiga faktor penyebab tersebut, kita bisa mendapatkan bayangan atau solusi yang terbaik seperti apa dan bagaimana melakukan proses penyelesaiannya. Walaupun permasalahan tawuran antar pelajar memang bukan hal sepele yang bisa langsung diselesaikan, namun diperlukan adanya proses berkelanjutan, kesadaran dan kerja sama dengan semua pihak, bukan hanya sekolah, orangtua, masyarakat dan penegak hukum, tapi juga kesadaran pemahaman pelajar sebagai seorang individu, sebagai generasi muda yang penuh dengan tanggung jawab.
Ada beberapa hal yang perlu digarisbawahi dari paparan di atas, yaitu: “Pemahaman” bagaimana seorang pelajar disaat sedang mengalami pencarian identitas, cenderung sangat mudah labil. Dan kelabilan inilah yang ahirnya tawuran antar pelajar terjadi.Ada beberapa cara yang efektif untuk mencegah sebelum tawuran antar pelajar terjadi, misalkan dengan:
Membuat dan memfasilitasi ruang-ruang kegiatan yang positif.
Memberikan kebebasan berpendapat dan berekspresi dan tetap adanya kontrol dari pihak-pihak yang berkaitan khususnya orang-orang terdekat, mencoba lebih terbuka dan mengenali serta memberikan solusi yang positif ketika remaja sedang mengalami emosi.
Sikap optimis dan kepercayaan terhadap pelajar perlu ditumbuhkan kembali, sehingga suatu saat kita tidak akan mendengar lagi berita atau kabar mengenai kejadian tawuran antar pelajar di negeri kita ini, yang ada kita bangsa Indonesia dipenuhi kabar berita tentang pelajar-pelajar yang produktif, kritis, mampu menjadi juara dalam berbagai bidang, baik berupa kompetisi pengetahuan dan ilmu pengetahuan. 
Sudah saatnya generasi muda membuktikan potensi dalam dirinya, dan sudah menjadi tugas kewajiban orang tua, sekolah, masyarakat dan pihak-pihak yang terkait untuk mencegah terjadinya bentuk-bentuk penyelewengan pelajar, terutama permasalahan yang membuat was-was menjadi sebuah tindakan kriminal, tawuran antar pelajar.
 Akar masalah dari tawuran antar pelajar di masyarakat adalah :
  1. Budaya / kebiasaan murid sekolah dari dulu
  2. Saling pelotot-pelototan antar pelajar sekolah
  3. Saling ejek-ejekan antar sekolah
  4. Ingin balas dendam karena ada yang diganggu
  5. Keributan imbas dari suatu pertandingan

 Penyelesaian tawuran antar pelajar di masyarakat :
  1. Membuat peraturan yangtegas oleh pihak sekolah
  2. Memberikan pendidikan anti tawuran
  3. Memisahkan pelajar berotak kriminal dari pelajar yang lain
  4. Kolaborasi belajar bersama antar sekolah
  5. Membuat program ekstrakulikuler tawuran
  6. Siswa diarahkan ke hal hal posotif dengan diberikan tanggungjawab
  7. Orang tua memberikan perhatian yang semestinya kepada anak
  8. Instituti dan orang tua jangan terlalu menekan siswa dengan berbagai peraturan yang berlebihan
  9. Lingkungan masyarakat perlu dibangun sarana organisasi yang menampung aspirasi & semangat muda.

     Kesimpulan
Perkelahian terjadi karena adanya situasi yang “mengharuskan” mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul akibat adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah secara cepat kekerasan makin mewabah di mana-mana. Wajah-wajah beringas para remaja kita telah menjadi momok tersendiri di tengah-tengah masyarakat yang makin tak karuan ini. Tawuran antar pelajar pasti dilatar belakangi oleh berbagai macam faktor yang tidak bisa lepas dari proses perkembangannya menuju kedewasaan.

Sumber :

Kamis, 14 November 2013



Etika dalam Penulisan
Etika dalam penulisan akan wujudkan moral kepada setiap orang yang melibatkan diri dalam dunia menulis, tanpa mengira jenis penulisan yang diceburi.anda terlibat sebagai seorang penulis karya kreatif yang menghasilkan novel, puisi atau cerpen, menulis travelog, buku-buku populer, rencana atau penulisan serius, ataupun menulis secara maya di blog, laman web, facebook, twitter dan sebagainya, anda masih lagi terikat dengan etika apabila menulis. Etika yang anda pegang akan menyerahkan siapa anda berdasarkan hasil tulisan dipaparkan.

Etika digunakan Untuk mementingkan tentang kebenaran dan menghormati hak orang lain untuk mendapat kan yang benar. Tulisan perlu jujur, menggunakan cara yang wajar untuk mendapatkan berita tersebut dan Setiap tulisan perlu benar faktanya

Setiap orang yang terlibat dengan dunia menulis, perlu mengetahui dan mahir tentang undang-undang yang berkaitan, perlu memahaminya dan berusaha untuk tidak melanggarnya. Penulis juga perlu mematuhi Kode Perilaku Profesional oleh Kesatuan Kebangsaan

Etika dan Pengamal Media

Dalam sistem demokrasi, peranan media seperti akhbar, buku, radio dan televisyen amat penting bagi menyebarkan maklumat yang tepat dan dipercayai. Peranan media ini merupakan nadi kepada proses demokrasi. Media mempunyai pengaruh yang besar dalam masyarakat. Media akan membangkitkan pelbagai isu terutamanya yang melibatkan isu-isu seperti keganasan, perlakuan seksual, masalah sosial, konflik perkauman dan sebagainya untuk menarik perhatian pembaca.

Sekalipun tidak ada etika mutlak tentang penulisan di Malaysia, namun Etika Kewartawanan Malaysia boleh digunapakai sebagai panduan kepada golongan penulis. Etika ini mementingkan tentang kebenaran dan menghormati hak orang ramai untuk mendapat maklumat sebenar. Penulis atau wartawan berperanan memberi sumbangan kepada proses membina negara, menyedari kewajipan untuk memberi sepenuhnya sumbangan dalam memupuk keharmonian antara kaum dan perpaduan nasional.

Penulis juga perlu memastikan kejujuran dalam penulisan, menggunakan cara yang wajar untuk mendapatkan berita dan mengelakkan tulisan berbentuk perkauman, bercorak fitnah dan bias serta melampau dengan tatasusila masyarakat majmuk di Malaysia. Oleh itu, Tatasusila Kewartawanan di Malaysia ialah:

• Tugas utama wartawan adalah melaporkan kebenaran dan menghormati hak orang ramai untuk mendapatkan maklumat yang benar.

• Dalam melaksanakan tugas ini, wartawan menghayati kebebasan memungut dan menyiarkan berita secara jujur serta berhak membuat ulasan dan kritikan yang saksama.

• Wartawan hendaklah menggunakan cara yang wajar untuk mendapatkan berita, gambar atau filem dan dokumen.

• Sebarang maklumat tersiar yang didapati tidak benar dan tidak tepat hendaklah diperbetulkan.

• Wartawan hendaklah menghormati kerahsiaan sumber berita.

• Wartawan hendaklah berbudi pekerti ketika menjalankan tugas dan mengelakkan diri daripada plagiarisme, fitnah dan hasutan, tuduhan yang tidak berasas serta rasuah dalam apa bentuk sekalipun.

• Wartawan hendaklah menghindarkan siaran berita atau rencana yang bersifat perkauaman, melampau dan bertentangan dengan tatasusila masyarakat majmuk Malaysia.

• Wartawan hendaklah memahami undang-undang dan peraturan negara yang berkaitan secara langsung dengan profesion mereka.



Etika Penulisan dalam Islam

Islam sangat mementingkan cara hidup yang berlandaskan kebenaran seperti Firman Allah S.W.T yang bermaksud:

“Wahai orang-orang yang beriman, hendaklah kalian menjadi orang yang benar- benar menegakkan keadilan, menjadi saksi kerana Allah biarpun terhadap diri kamu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabat kamu sendiri. Jika ia (orang yang dianiaya) kaya ataupun miskin maka Allah lebih tahu keperluan kedua- duanya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu kerana ingin menyimpang dari kebenaran dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi maka sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala yang kamu kerjakan” (Surah al-Nisa’ : 135).


Setiap kebenaran tidak boleh disembunyikan. Walaupun menulis, tulisan berkenaan perlu berlandaskan kebenaran, sahih sumbernya dan tidak mengetengahkan penipuan dan pembohongan seperti Firman Allah S.W.T yang bermaksud:

“Janganlah kamu menyamarkan kebenaran dengan kebatilan serta kamu sembunyikan kebenaran walhal kamu tahu (hakikat sebenarnya)” (Surah al-Baqarah: 42).


Setiap perkara yang ditulis dan disebarkan perlu ditentukan kesahihahan serta kebenarannya. Firman Allah S.W.T yang bermaksud:

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasiq yang membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu” (Surah al-Hujarat: 6).



Bagi penulis Islam pula, beberapa etika berikut perlu dilihat dalam menghasilkan sesuatu tulisan iaitu;

• Menulis dengan ikhlas bererti menulis dengan sepenuh kerelaan dan dengan suci hati untuk mencari keredhaan Allah. Setiap penulis harus menyedari bahawa apa yang ditulisnya adalah suatu amal soleh dalam usaha mengabdikan diri kepada Penciptanya di samping berusaha untuk menyara diri dan keluarga yang dikasihi dan berkhidmat kepada masyarakat.

• Hendaklah berpegang dengan kefahaman Islam yang betul dan jauh daripada penyelewengan dan salah faham. Hendaklah mengira dosa dan pahala yang akan ditanggungnya jika pembaca terpengaruh dengan tulisan tersebut. Jadi sesuatu tulisan itu perlu dihindari daripada unsur-unsur menghasut, menfitnah, mempengaruhi pembaca ke arah perkara-perkara yang negatif dan tidak baik.

• Penulis mestilah mahir dalam bidangnya dan berpegang dengan adab-adab Islam, mengambil maklumat yang benar dengan tidak dikurangkan atau ditambah-tambah atau diubah daripada keadaan sebenar. Analisisnya hendaklah secara objektif dan dapat memberi faedah kepada pembaca serta memberikan gambaran yang sebenar, tidak mencaci, menyakiti atau memfitnah orang lain.

• Hendaklah mengambil berat kritikan yang membina dan tidak meruntuh, berkata benar walaupun pahit dengan tidak merasa takut dengan kebenaran yang cuba disampaikan.

• Hendaklah bijak menghubungkaitkan isu-isu atau berita yang ditulisnya dengan dakwah kepada Allah supaya manusia tahu bahawa agama Allah meliputi segala bidang kehidupan, berperanan disetiap tempat, mengarah, menghukum dan menyelesaikannya.

• Hendaklah hidup bersama-sama dengan masalah masyarakat yang dihadapinya, bersama-sama dengan perasaan mereka dan bekerja sama dalam menyelesaikan masalah masyarakat secara yang dituntut oleh Islam.

• Hendaklah sedar tentang apa disiarkan oleh musuh-musuh Islam yang menentang Islam dengan membatalkan segala pembohongan mereka terhadap Islam dan dapat mengemukakan kepada manusia dengan cara penyelesaian yang baik.

• Bagi penerbit pula, hendaklah bertanggungjawab terhadap apa yang hendak disiarkan. Oleh itu, jangan siarkan sesuatu yang menyeleweng dan merosakkan.



Sebab Berlaku Pelanggaran Etika

• Keinginan menjadi penulis dengan cepat

• Penyalahgunaan teknologi

• Penguatkuasaan undang-undang yang longgar

• Tidak faham apa yang dikatakan pelanggaran etika

• Faktor Bahasa

• Penggunaan Status dan Pengaruh





Kesan Pelanggaran Etika dalam Penulisan

Etika diwujudkan untuk mewujudkan suasana aman, makmur dan saling menghormati antara satu sama lain. Pelanggaran terhadap etika dalam bidang penulisn akan meninggalkan kesan, antaranya;

• Pertama, merugikan pihak penerbit dan penulis kerana hasil karya mereka diplagiat oleh orang lain. Perkara ini bermaksud hasil kerja penulis atau pengkarya asal telah diplagiat oleh orang lain dan pihak tersebut telah mengaku hasil kerja tersebut adalah idea mereka.

• Kedua, memberi kesan buruk kepada ekonomi negara kerana pendapatan melalui cukai tidak boleh dikutip dari penerbit dan penulis.

• Ketiga, maklumat yang disiarkan tidak benar dan tidak tepat.

• Keempat, penggunaan pelbagai cara yang tidak wajar untuk mendapatkan maklumat, gambar dan filem serta dokumen. Budaya paparazzi di Barat yang mendapatkan berita dengan cara tidak wajar tidak sepatutnya menjadi ikutan.

• Kelima, munculnya berita yang bersifat perkauman, melampau dan bertentangan dengan tatasusila masyarakat majmuk di Malaysia.

• Keenam, munculnya karya-karya yang bermutu rendah. Penulis tidak bermotivasi untuk menulis karya bermutu tinggi disebabkan karya mereka diplagiat. Mereka juga tidak menerima pendapatan yang setimpal dengan hasil penulisan.

• Ketujuh, memberi imej buruk kepada negara kerana terlalu banyak berlaku pelanggaran dalam etika penulisan. Pelajar juga perlu sedar bahawa negara banyak bergantung kepada hasil kerja yang dilakukan oleh pelajar terutamanya dari institusi pengajian tinggi. Sekiranya pelajar gemar melakukan plagiat maka negara tidak akan mengalami kepesatan dari melahirkan idea-idea baru bagi mengharumkan nama negara, sedangkan golongan pelajar inilah yang bakal memajukan negara pada masa hadapan.

• Kelapan, Apabila seseorang melakukan plagiat, minda dan kreativiti mereka tidak dapat berkembang dengan baik dan cemerlang. Semua karya dan penulisan yang dihasilkan adalah hasil kerja yang ditiru secara terang-terangan daripada maklumat yang diperolehi dan tulisan orang lain. Mereka tidak mempunyai idea dan kreativiti sendiri.

• Kesembilan, pelajar universiti yang melakukan pelanggaran etika seperti plagiat mempunyai berkemungkinan yang tinggi untuk gagal dalam pengajian. Setiap universiti mempunyai kuasa melalui undang-undang berkaitan untuk melucutkan mana-mana pelajar yang didapati plagiat dalam tugasan, penulisan penyelidikan dan laporan tahun akhir. Terdapat beberapa kes di beberapa buah universiti di Malaysia yang melibatkan penarikan balik ijazah pengajian dan perlucutan keputusan pengajian pelajar apabila terbukti pelajar terbabit terlibat dalam plagiat.


Kesimpulan

Setiap penulis perlu patuh kepada etika semasa menulis bagi mengelakkan berlaku suasana yang tidak aman, kucar kacir dan tidak aman dalam masyarakat diakibatkan oleh hasil tulisan yang tidak beretika. Walaupun tidak ada etika yang dikhususkan kepada penulis apabila mereka berkarya dan menulis, namun perlu diakui bahawa ini tidak bermakna penulis dibolehkan untuk menulis secara tidak beretika.

Selain etika, penulis juga perlu mematuhi pelbagai perkara lain lagi termasuk undang-undang, peraturan, norma dan nilai dalam masyarakat yang akan dibincangkan dalam tulisan lain.

 sumber google