Akhir-akhir ini nilai tukar
Rupiah cenderung melemah hal yang sama juga dialami oleh mata uang beberapa
negara emerging markets (negara berkembang yang sedang
mengalami pertumbuhan ekonomi dengan cepat) lainnya.
Mengapa Nilai Tukar Rupiah
Melemah?
Pengamat
Pasar Uang dari PT Harvest International Futures, Ibrahim, menjelaskan,
memburuknya kinerja ekspor serta rendahnya inflasi yang membuka ruang
diturunkannya suku bunga acuan BI Rate menjadi ganjalan bagi pergerakan rupiah.
Meningkatnya impor minyak di bulan Oktober membuat neraca perdagangan Indonesia
mengalami defisit US$ 1,5 miliar sehingga menjadi ganjalan bagi penguatan mata
uang lokal. Nilai tukar rupiah di transaksi pasar uang melemah 10 poin (0,1
persen) ke posisi 9.605 per dolar Amerika. Berita positif tumbuhnya manufaktur
Cina, serta menguatnya mata uang euro, belum mampu mendorong rupiah kembali
menguat.
Menguatnya
euro hingga mendekati US$ 1,31 terjadi karena sentimen positif dari Yunani yang
akan melakukan pembelian kembali obligasi senilai US$ 13 miliar, serta Spanyol
juga akan segera meminta dana talangan untuk rekapitalisasi perbankannya. Hal
ini membuat dolar AS kembali limbung. Alotnya negosiasi antara pemerintahan
Presiden Barack Obama dan Kongres Amerika mengenai masalah jurang fiskal (fiskal
cliff) untuk menghindari pemangkasan anggaran dan kenaikan pajak, serta
data manufaktur AS yang mengalami kontraksi, melemahkan dolar.
Pelemahan
rupiah juga terjadi karena beberapa faktor eksternal selain faktor internal,
seperti defisit neraca transaksi berjalan banyak pengaruhnya dari faktor
eksternal, contohnya rencana AS untuk mengurangi stimulus moneter dan kondisi
harga-harga komoditi yang masih terkoreksi di 2013, serta penurunan hasil
ekspor di indonesia. Selain itu, merosotnya pergerakan rupiah lebih didukung
kecenderungan melambatnya ekonomi negara-negara berkembang, seperti China dan
India. Sedangkan dengan negara-negara maju terjadi pemulihan ekonomi.
Nilai
tukar sebuah mata uang ditentukan oleh hubungan penawaran-permintaan (supply-demand)
atas mata uang jika permintaan atas sebuah mata uang meningkat, sementara
penawarannya tetap atau menurun, maka nilai tukar mata uang itu akan naik kalau
penawaran sebuah mata uang meningkat, sementara permintaannya tetap atau
menurun, maka nilai tukar mata uang itu akan melemah dengan demikian, Rupiah
melemah karena penawaran atasnya tinggi, sementara permintaan atasnya rendah.
Faktor yang menyebabkan penawaran atas rupiah tinggi, sementara atasnya rendah adalah keluarnya sejumlah besar investasi portofolio asing dari Indonesia keluarnya investasi portofolio asing ini akan menurunkan nilai tukar Rupiah, karena dalam proses ini, investor menukar Rupiah dengan mata uang negara lain untuk diinvestasikan di negara lain. Maka akan terjadi peningkatan penawaran atas Rupiah.
Faktor yang menyebabkan penawaran atas rupiah tinggi, sementara atasnya rendah adalah keluarnya sejumlah besar investasi portofolio asing dari Indonesia keluarnya investasi portofolio asing ini akan menurunkan nilai tukar Rupiah, karena dalam proses ini, investor menukar Rupiah dengan mata uang negara lain untuk diinvestasikan di negara lain. Maka akan terjadi peningkatan penawaran atas Rupiah.
Kenapa
investasi portofolio asing ini keluar dari Indonesia? Alasan yang sering
disebut adalah karena rencana the Fed (bank sentral AS) untuk mengurangi Quantitative
Easing (QE). Karenanya, nilai tukar obligasi dan aset-aset finansial
lain di AS akan naik.Faktor berikutnya yang menyebabkan penawaran tinggi dan
permintaan rendah atas Rupiah adalah neraca nilai perdagangan Indonesia yang
defisit. Artinya, ekspor lebih kecil dari pada impor.
Merosotnya
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belakangan ini juga berkaitan dengan
melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Sementara
pelemahan rupiah dipengaruhi oleh ketidakpastian pemerintah menaikkan harga
Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi. Apabila harga BBM naik otomatis inflasi naik
dan suku bunga negatif akhirnya investor cabut. Dari sisi kurs anjlok otomatis
investor akan rugi sehingga mereka harus menarik diri dari pasar modal.
melemahnya pasar modal Indonesia tidak bisa dipisahkan dengan melemahnya nilai
tukar rupiah terhadap dolar AS.
Dampak
Melemahnya Rupiah
Dinamika
ekspor-impor memang berdampak pada nilai tukar mata uang. Ekspor meningkatkan
permintaan atas mata uang negara eksportir, karena dalam ekspor, biasanya
terjadi pertukaran mata uang negara tujuan, dengan mata uang negara eksportir.
Pertukaran ini terjadi karena si eksportir membutuhkan hasil akhir ekspor dalam
bentuk mata uang negerinya agar bisa terpakai dalam usahanya. Sebaliknya, impor
meningkatkan penawaran atas mata uang negara importir, karena dalam impor,
biasanya terjadi pertukaran mata uang negara importir dengan mata uang negara
asal. Karena akhir-akhir ini, impor Indonesia lebih besar dari pada ekspornya,
maka situasi ini telah melemahkan nilai tukar Rupiah.
Banyak
pihak yang terpukul atas meningkatnya komoditi ekspor di Indonesia sebagai
berikut:
1. Konsumen,
terutama konsumen kelas bawah, karena pendapatan mereka tidak bisa mengimbangi
kenaikan harga barang.
2. Pihak-pihak
dalam rantai distribusi komoditi impor mulai dari importir sampai pengecer,
karena mereka menghadapi pasar dalam negeri yang menyusut.
3. Para
usahawan yang berorientasi pada pasar dalam negeri.
4. Rakyat
pekerja yang sudah terpukul dari sisi konsumsi akibat kenaikan harga barang,
juga akan dijepit dari sisi upah oleh pengusaha yang terjepit oleh kenaikan
harga alat-alat produksi impor, kenaikan nilai utang luar negeri dan penyusutan
pasar dalam negeri.
Namun,
anjloknya Rupiah bukan hanya berdampak pada kenaikan harga komoditi impor saja.
Dampak lainnya yang juga penting adalah kenaikan nominal Rupiah dari utang luar
negeri, karena utang luar negeri dipatok dengan mata uang asing.
Uang Rupiah yang dimiliki pengutang harus ditukar dengan mata uang pembayaran utang. Akibatnya, nilai tukar Rupiah bisa semakin lemah akan tetapi ada pula pihak yang diuntungkan oleh krisis Rupiah, jika mata uang suatu negara
Uang Rupiah yang dimiliki pengutang harus ditukar dengan mata uang pembayaran utang. Akibatnya, nilai tukar Rupiah bisa semakin lemah akan tetapi ada pula pihak yang diuntungkan oleh krisis Rupiah, jika mata uang suatu negara
melemah, maka yang diuntungkan
adalah sektor ekspor yang bahan bakunya (sebagian besar) berasaldari dalam
negeri.
Solusi
Solusi
yang paling tepat menjaga nilai mata uang kita adalah investasi emas kapan pun
emas akan selalu stabil, walaupun pernah turun sesaat. Hal tersebut bukan
berarti harga emas tidak stabil. Untuk melakukan investasi tentunya bukan di
hitung dalam waktu yang singkat saja, tetapi investasi bisa dikatakan benar –
benar investasi kalau kita menghitung dalam jangka yang lama, menjaga
stabilitas harga dan mengamankan neraca perdagangan.
Selain itu, BI harus berusaha untuk membuat rupiah lebih menarik dengan menaikkan Fasilitas Bank Indonesia (Fasbi) minimal 100 basis point.
Selain itu, BI harus berusaha untuk membuat rupiah lebih menarik dengan menaikkan Fasilitas Bank Indonesia (Fasbi) minimal 100 basis point.
Perlu
segera diambil langkah-langkah fundamental dan struktural. Pengendalian rupiah,
tak semestinya dilakukan dengan mengerem pertumbuhan kredit yang bisa berdampak
pada perlambatan pertumbuhan ekonomi. Yang harus dilakukan adalah pengaturan
cash flow nasional. Bank Indonesia perlu mempertimbangkan relaksasi ketentuan
untuk melakukan pendalaman pasar valuta asing, untuk memikat aliran modal masuk
(capital inflow).
Namun
di sisi lain, Ekspor harus didorong dan impor harus sangat dikendalikan.
Produksi nasional, mutlak harus didongkrak, termasuk produksi sektor pertanian,
serta industri perkapalan dan sektor kelautan. Agar impor pangan dan defisit
neraca jasa bisa ditekan.
Kebijakan
fiskal pemerintah harus disusun dalam kerangka mendorong ekspor. Misalnya
dengan menurunkan pajak ekspor dan promosi perdagangan agresif. Sebaliknya
untuk mengendalikan impor, pajak impor harus dinaikkan dengan dimulai dari
barang mewah selain itu, adanya strategi pengembangan industri dan
produksi nasional, terutama industri menengah dan kecil. Penciptaan lapangan
kerja, realisasi anggaran, serta implementasi program pedesaan, UMKM, dan
sosial, perlu dipercepat.
SUMBER REFERENSI: